Kamis, 08 Desember 2011

Puisi

Sendiri

kau yang pernah mengisi ruang hati ku
memberi warna dalam setiap nafasku
kau pula yang te;ah menjadi kawan dalam setiap curhat ku
tapi kenapa kau lukai hati ini
kau bohong pada ku
dusta
kini aku dalam kesendirian
tak ada teman , kawan, dan kasih
yang ada hanyalah kebekuan
biar aku simpan cinta ini
entah sampai kapan aku mampu
meskipun akau tau
kau punya pilihan lain
yang mungkin lebih dari ku
kau tau siapa
dia adalah sahabat ku


Kenangan

Ibarat awan berarak menderu
Menghentak seluruh kesadaranku
Tak mampu pada wadahku
Getir pahit bersahutan menyatu
Kala kesedihan mendayung
Menggenggam lengan lembayung
Ombak romansa bergulung
Tampilkan lautan kalbu terkurung
Dalam diam jeritku
Ingin kugadaikan sukma jiwaku
Membeli sang waktu
Yang congkak melangkah bisu
Tinggallah tatapan nanar berkaca
Kalimat-kalimat yang bisu bersuara
Roh yang pergi meninggalkan sukma
Separuh kosong tanpa jiwa



Hujan


rangkaian irama abadi dalam semesta
Iringkan hembusan nafas alam nan smpurna
Hdirkan rngkaian resonansi dalam jiwa
Meski tanpa nada yang nyata
Bait demi bait doa tercipta dalam hati merindu
Ada harap dalam rindu yang senyap
Gerimis mengundang bagai tersayat
Hadirkan pengharapan nan pekat..
Tetes2 anugerah alam tak lagi terasa indah
Gemericiknnya tak lagi berirama
Sunyi,, senyap,, dan gelap..
Tanpa resonansi yang nyata
Hujan..
Kapankah irama resonansi jiwa ku kembali
Rindukan saat2 lagu terlantun merdu
Hanya bersama “pujaan ku”




Matahari Tiga Bulan Empat Bintang 

Lelah itu datang kemudian
Letih menghujani mendatang
Cinta melintang berlawanan
Kasih tersenyum berpelukan
Kenangan bersahut-sahutan
Pedih berarak berterusan
Sesal berlari beriringan
Dosa gemerlap bertaburan
Bisu berteriak kesakitan
Terpaku dalam tiap jeritan
Tertunduk dihamparan
Samudera waktu tak bertuan
“Matahari Tiga Bulan Empat Bintang
Lelah itu datang kemudian
Letih menghujani mendatang
Cinta melintang berlawanan
Kasih tersenyum berpelukan
Kenangan bersahut-sahutan
Pedih berarak berterusan
Sesal berlari beriringan
Dosa gemerlap bertaburan
Bisu berteriak kesakitan
Terpaku dalam tiap jeritan
Tertunduk dihamparan
Samudera waktu tak bertuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar